728x90 AdSpace

  • Latest News

    Rabu, 03 April 2013

    Menafsirkan Politik Amerika di Timur Tengah

    Majed Kailani
    Kunjungan Presiden Amerika Barack Obama tidak membawa hal baru terkait pengguliran proses perundingan atau menekan Israel agar merevisi politiknya terkait perundingan itu.
    Realitanya,kunjungan itu terfokus kepada; pertama, konsolidasi hubungan spesial Amerika – Israel meski sempat ada tarik ulur antara Obama dan PM Israel Benjamen Netanyahu selama beberapa tahun terakhir. Kedua, memastikan politik Amerika – Israel terkait sejumlah masalah dan tantangan yang dihadapi oleh kedua pihak di kawasan Timteng dan di forum-forum internasional.
    Secara umum, Obama tegas menentukan targetnya dalam kunjungan ini yang sudah diambilnya dalam pertemuan dengan pimpinan Yahudi Amerika di Gedung Putih pada (7/3); pertama; penegasan bahwa Amerika berdiri mendukung Israel. Kedua, penegasan kepada Israel bahwa Amerika membelanya dalam situasi Timteng yang sedang panas. Ketiga, memberikan pesan tegas kepada Iran bahwa semua pilihan memungkinkan untuk diambil, termasuk pilihan militer. Keempat, menciptakan solusi adil bagi Palestina.
    Tiga tujuan yang diikuti langkah praktis untuk membuktikan solidnya koalisi strategis mereka dan jaminan AS menjaga keamanan dan stabilitas Israel. Sementara tujuan keempat, ia hanya basa basi tanpa ada langkah nyata. Bahkan AS memberikan kebebasan kepada Israel untuk berbuat semaunya, termasuk masalah pemukiman yahudi yang meruyak di Palestina.
    Jadi faktanya, ini kunjungan dangkal dan hanya kunjungan touris atau kunjungan hubungan umum tak ada konsekwensi apapun. Berikut buktinya:
    1.       Selama memerintah beberapa tahun lalu, pemerintah Obama ragu-ragu menekan Israel dan lebih condong menekan Palestina agar nyebur dalam proses perundingan tanpa standar dan aturan main yang jelas dan mengingat. Atau bahkan tanpa syarat menghentikan aktivitas pembangunan pemukiman seperti yang diusulkan oleh Palestina.
    2.       Sangat sulit Amerika memberikan tekanan berbobot kepada Israel dalam situasi saat ini. apalagi Obama ingin menciptakan kesepakatan antara pengikut republik dan demokrat Amerika. Ia akan berusaha menghindar dari upaya memperkeruh usaha konsesus ini. ini dilakukan untuk menyukseskan politik dalam negerinya atau terkait dengan program jaminan kesehatan yang dianggap sebagai capaian hidupnya dan revolusi dalam kehidupan Amerika. Program Obama di dalam negeri tentu dianggapnya lebih penting dibanding masalah Palestina dan perundingan.
    3.       Bagi Amerika saat ini tidak tepat jika meneken perundingan di Timteng sebab kondisi politik terus berubah-ubah di tengah situasi revolusi Arab dan masalah Iran yang belum selesai. Karena itu, Amerika lebih memilih menghindar menekan Israel dan lebih memilih memanej konflik dibanding menghentikan konflik.
    4.       Kondisi riil Palestina dan Arab saat ini tak ada yang bisa disebut mengancam keamanan Israel atau merugikan stabiltasnya. Situasi internal Arab masih sibuk dengan revolusi. Perpecahan Palestina justru membuat Israel tenang sebagai negara penjajah. Apalagi jika tidak ada perlawanan di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
    Maka saat ini tak penting bagi Israel untuk memberikan konsesi agar bisa berunding dengan Palestina. Amerika juga merasa tak perlu menekan Israel.
    5.       Ada sesuatu yang tidak bisa dipahami antara Amerika dengan kondisi dunia Arab dan respon negatifnya terhadap politik AS yang diklaim memperbaiki situasi Arab. Amerika meyakini bahwa beban kerugian manusia dan materi yang mereka derita akibat internvensi di Timteng dan dunia Islam tidak membuahkan hasil yang diinginkan atau hanya sekadar membersihkan citra AS di mata umat Islam.
    Peran Amerika mengusir Uni Soviet di Afganistan juga melahirkan Taliban dan negeri ini berubah menjadi paling berbahaya di dunia termasuk dalam hal anti kepentingan Amerika. Tatkala Amerika mengagresi Irak 2003 untuk membersihkan rezim Sadam Husain, justru negeri ini kini berada dalam pengaruh Iran, negara paling memusuhi Amerika.
    Di Libia juga terjadi hal yang sama. Dubes AS dibunuh di sana padahal paman Sam lah yang membantu rakyat Libia menjatuhkan Qadafi.
    Fenomena ini semakin menguntungkan Israel saat lobi yahudi mengkampanyekan bahwa Arab memang tidak bisa dipercaya dan hanya Israel satu-satunya sekutu strategi bagi AS di Timteng dan negeri Arab selalu ribut dan chaos tak kenal henti.
    Amerika saat ini merasa tidak butuh dengan Timteng karena merasa yakin akan menjadi eksportir minyak mentah di dunia menggeser Rusia.
    Karena itu, AS akan cuek dengan masalah Timur Tengah. AS akan lebih konsen dengan masalah internalnya, kepentingan strategi politik, ekonomi dan militernya. Amerika akan mengarah ke Timur. Mereka akan lebih peduli kepada negara Amerika Latin, Cina, India dan Jepang ketimbang Timur Tengah, meski AS tetap akan menjaga keamanan Israel.
    Karenanya, sebagian pengamat politik Israel seperti Tsepi Barael menilai kunjungan Obama ke Israel sebagai ucapan sayonara karena AS meyakini konflik Israel Palestina tidak menjadi ancaman bagi strateginya dibanding konflik Korut Korsel atau antara India Pakistan atau Taiwan dan Cina. (Haaretz (20/3). (bsyr)
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Posting Komentar

    Item Reviewed: Menafsirkan Politik Amerika di Timur Tengah Rating: 5 Reviewed By: GemaDakwah
    Scroll to Top